Kamis, 05 November 2015

Balada Naik Sleeping Bus

Sleeping Bus The Sinh Tourist
Alasan kenapa saya ngotot melakukan perjalanan Indochina lewat jalur darat adalah pengen nyobain naik sleeping bus. Keinginan muncul setelah membaca beberapa blog yang masukin aktivitas ini dalam daftar aktivitas yang patut dicoba saat traveling Indochina. Saya jadi penasaran dan akhirnya kesampean nyobain naik sleeping bus sampai 3 kali.

Angkutan sleeping bus ini banyak beroperasi di negara Vietnam dan dari Kamboja yang akan masuk Vietnam. Ukuran sleeping bus ini sebenarnya sama seperti bus biasa saja, tidak lebih tinggi atau besar. Perbedaan ada pada bentuk kursi yang tidak bersudut 90 derajat melainkan membentuk sudut hampir 180 derajat. Ada dua tingkat kursi yaitu atas dan bawah.

Ilustrasinya adalah mirip bunk-bed hostel namun bedanya yang disusun ini kursi dan ada didalam bus. Kalau mau naik ke kursi atas ya harus manjat dan penumpang yang ada dibawah harus rela dikasih pemandangan kaki. Aturan di sleeping bus kita nggak boleh pakai alas kaki jadi waktu pertama masuk udah dikasih kresek buat tempat alas kaki kayak mau masuk masjid aja!

Saya dapat banyak pengalaman seru ketika 3 kali naik sleeping bus di daratan Indochina
1.       Siem Reap – Pnom Penh – Ho Chi Minh
Awalnya saya berencana naik sleeping bus dari operator yang cukup populer bernama Giant Ibis ke Pnom Penh lalu di sambung operator Khai Nam dari Pnom Penh ke Ho Chi Minh. Sialnya saya kehabisan tiket Giant Ibis dan terpaksa cari alternatif lain.
Setelah kebingungan dan cari informasi dari staff hostel maka saya dapat rekomendasi naik bus Virak Buntham. Saya beli tiket terusan Siem Reap – Ho Chi Minh seharga kurang lebih 20 dollar. Saya lupa harga pastinya namun harga berbeda tergantung waktu keberangkatan. Saya beli di travel agent dekat hostel dan mereka bilang saya akan dijemput langsung ke hostel.
Sore hari saya sudah mejeng depan hostel ketika ada Tuk-Tuk berhenti dan teriak-teriak “VIRAK BUNTHAM! VIRAK  BUNTHAM!” Lah saya pikir langsung dijemput pakai bus ternyata harus naik Tuk-Tuk lagi. Saya pun sukses oleng kekanan dan kiri karena supir Tuk-Tuk ngebut maksimal dijalan yang nggak ada mulus-mulusnya.
Bus Virak Buntham ini lumayan bagus. Ada 4 kolom kursi yaitu dua dikanan dan dua dikiri yang dipisahkan oleh gang senggol saking kecilnya. Kursinya berlapis kulit cokelat yang terlihat vintage. Saya mendapat tempat duduk dibagian atas. HORE!!
Selain turis ternyata banyak juga orang lokal yang ikutan naik ke bus. Darimana saya tahu mereka orang lokal? Pertama karena mukanya, kedua karena mereka bisa ngobrol sama kondektur yang nunjuk-nunjukin posisi tempat duduk.
Sepanjang perjalanan Siem Reap – Pnom Penh saya habiskan dengan tidur. Namun tiba-tiba saya terbangun ketika bus berhenti dan serombongan orang turun dari bus. Si kondektur teriak “TOILET! TOILET! TOILET!” Oh ternyata cuma berhenti di pom bensin pikir saya. Saya pun balik badan menghadap kaca untuk melanjutkan tidur ketika melihat pemandangan yang membuat mata terbuka lebar saking kagetnya.
Belasan penumpang lagi buang air dengan asiknya di alam terbuka tak jauh dari sisi bus. Ternyata bus tidak sedang berhenti di pom bensin melainkan ada di tengah jalan sepi yang sejauh mata memandang hanya semak semak dan lahan tandus. Kok mereka nggak malu yaa ditonton bule-bule yang sama melongonya seperti saya.
Saya balik badan membelakangi kaca dan teman disebelah saya, orang Jepang yang sudah sebulan traveling di Kamboja langsung ketawa sambil bilang “Welcome to Cambodia”. Saya balik tersenyum.
Perjalanan berlanjut setelah insiden toilet darurat itu. Saya tertidur lagi dan baru tiba di Pnom Penh setelah lewat tengah malam. Sedang ngantuk-ngantuknya kami ditransfer ke bus lain yang lebih kecil tujuan Ho Chi Minh. Sisa perjalanan berjalan dengan lancar kecuali saya harus tahan pipis selama 10 jam. Akhirnya saya bisa pipis di kantor imigrasi perbatasan Kamboja-Vietnam. Arrrgh leganya!

2.       Ho Chi Minh – Mui Ne (PP)

Perjalanan kedua dan ketiga saya naik sleeping bus adalah dari Ho Chi Minh ke Mui Ne. Saya booking online dari operator tur terkenal yaitu The Sinh Tourist. Saya tahu dari baca review bahwa mereka punya armada sleeping bus yang bagus.

Pagi-pagi sekali saya sudah nongkrong dikantor The Sinh nungguin bus datang. Saya senang sekali karena sleeping bus punya The Sinh ini sesuai ekspektasi. Bus lebih besar dan hanya ada 3 kolom kursi yang masing-masing dipisahkan oleh gang. Saya merasa lebih leluasa dan punya privasi karena tempat duduknya sendiri-sendiri.

Oia satu lagi yang terpenting adalah sleeping bus ini punya toilet sehingga ga harus nahan nahan pipis lagi. Walaupun sleeping bus The Sinh ini bagus namun saya kecewa terhadap pelayanan karyawan yang jutek jutek banget. Saya tanya informasi jadwal malah dijawab dengan ketus suruh liat sendiri di brosur. Duh mbak lagi PMS yaa! Belum lagi bahasa Inggris mereka yang kurang lancar bikin bingung.

Jarak Ho Chi Minh ke Mui Ne sebenarnya tidak jauh yaitu hanya sekitar 180 KM tapi dibutuhkan waktu 5 jam untuk mencapainya! Sleeping bus ini jalannya lambat banget kayak keong yang semakin membuat kita nyaman dan ngantuk. Lambatnya kendaraan di Vietnam ini karena ada peraturan batas maksimal kecepatan hanya 40 KM/jam walaupun jalanan relatif kosong.

Saya pribadi sih menikmati keseloan sleeping bus ini yang melaju lebih lambat daripada kalau saya naik motor. Beberapa kali bus berhenti di tempat peristirahatan untuk ke toilet walaupun udah ada toilet dalam dan mengisi perut. Haduh haduh udah jalannya lambat masih ada berhentinya pula! Ini adalah keseloan level dewa.

Perjalanan pergi pulang ke Mui Ne relatif lancar dan tidak ada insiden yang berarti. Saya kebanyakan tidur atau baca buku. Hebatnya saya biasanya pusing kalau baca buku diatas kendaraan yang berjalan tapi tidak berlaku dalam sleeping bus ini mungkin karena jalannya yang lambat jadi minim goncangan. Kalau begini saya jadi ketagihan naik sleeping bus.

After all I can say that sleeping bus is worth to try! But do not forget to bring one thing before you ride it. Bring you PATIENCE and enjoy the slowliness J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...