Jumat, 25 Desember 2015

Photo Story : Natal Di Bruges, Belgia

Selamat Natal bagi teman-teman yang merayakannya!

Selamat liburan dan berkumpul dengan keluarga yaa! Post kali ini adalah photo story suasana natal di sebuah kota kecil yang cantik bernama Bruges, di barat laut negara Belgia. Selamat menikmati! J





























Minggu, 20 Desember 2015

Ribet Urusan Duit Di Kamboja

Supir Tuk Tuk Di Angkor Wat
Kamboja menurut saya merupakan salah satu negara yang penuh dengan kejutan. Mulai dari saat awal mau masuk ke negara ini yang penuh perjuangan sampai saat keliling dan jalan-jalan disini. Saya nggak nyangka bakal diribetin banget sama urusan duit di Kamboja.

Hal pertama yang bikin ribet adalah di negara ini berlaku dua mata uang yang berbeda yaitu mata uang lokal yang namanya Khmer Riel sama US Dollar. Nilai tukar idealnya adalah 1 USD = 4000 KHR. Setiap transaksi kita bebas pilih pakai mata uang mana. Nah, yang bikin ribet adalah saat kita bayar pakai dollar sering kali uang kembaliannya dikasih riel. Misal kita belanja 0.7 USD dan bayar pakai 1 USD terus dikasih kembalian 1200 KHR. Ribet nggak tuh setiap saat harus ngecek uang kembalian dengan konversi balik ke dollar.

Konversi balik ke dollar kan gampang! Tinggal dikali 4000 KHR beres!

Weeiits, tidak semudah itu sodara-sodara karena kadang-kadang ada toko memberlakukan nilai tukar yang agak berbeda dan tidak ikut standar 1USD = 4000 KHR. Saya pernah balikin uang kembalian ke kasir karena saya pikir kelebihan tapi ternyata nilai tukar disana lebih tinggi (1USD =    4100 KHR). Well, bedanya nggak jauh sih dan saya yang untung juga tapi yang bikin males adalah harus dapet banyak uang koinan.

Ribet kedua adalah di Kamboja mereka tidak menerima semua pecahan dollar. Ini adalah fakta yang baru saya tahu ketika sampe di hostel di Siem Reap. Saat itu saya bayar hostel pakai cash dan tiba-tiba ada uang saya yang dibalikin sama receptionist sambil bilang, “Maaf di Kamboja kami tidak menerima pecahan uang 2 Dollar!” Lah kenapa yaa? Pas saya tanya mereka hanya jawab itu hal yang sudah berlaku secara umum disini. Sip!

Besok harinya karena penasaran, saya iseng belanja ke mini market pake 2 Dollar keramat itu dan ternyata di tolak juga. Saya sempat nyelipin uang 2 Dollar itu di sela-sela pecahan lain buat bayar tuk-tuk eh ketahuan juga. Wahahaha akhirnya uang 2 Dollar satu-satunya itu masih ada di dompet sampai sekarang.

Ribet ketiga adalah saya nggak nyangka kalau harus keluar lumayan banyak duit di Kamboja. Awalnya saya pikir kalau Kamboja adalah negara yang murmer tapi ternyata nggak gitu juga. Tiket pas Angkor Wat yang berlaku sehari harganya 20 USD atau kira-kira 300 ribuan kalau pakai kurs rupiah sekarang yang kira-kira 14 ribu. Terus kemana-mana harus naik tuk-tuk yang bayarnya pakai dollar lagi dan kalau mau dapet murah harus rajin nawar atau sharing. Pernah terpaksa naik tuk-tuk 5 USD karena bus kemaleman dari terminal ke hostel yang ternyata nggak terlalu jauh terus besok paginya di tawarin tuk-tuk dengan harga yang sama buat seharian keliling Angkor. Yasalam, kena tipu deh saya selamen naik tuk-tuk mahal banget T_T

Selain tempat wisata sama transportasi ternyata harga barang kebutuhan sehari-hari pun lumayan juga. Saya terpaksa harus beli odol dan sikat gigi baru karena sialnya kedua barang itu ketinggalan di hostel sebelumnya. Mirisnya harganya mihil bingit yaitu 2 USD untuk sikat gigi standar dan pasta gigi ukuran paling kecil. Oia, air putih kemasan itu juga mahal harganya antara 0.7 USD kalau beli di supermarket atau 1 USD kalau beli hostel. Harganya lebih mahal dari beer dong! Sedihnya lagi biasanya saya bisa minum tap water kalau harga air kemasan mahal tapi di Kamboja tap waternya nggak bisa diminum. Hiks!


Saya sebenarnya nggak habis pikir apakah biaya hidup masyarakat Kamboja memang setinggi ini? Atau mungkin ini cuma karena saya yang tinggal di kawasan wisata komersil Siam Reap? Namun terlepas dari semua anomali, keribetan, dan harga-harga yang mengejutkan itu, Kamboja negara yang sangat menyenangkan kok! J

Selasa, 15 Desember 2015

Tersesat Tengah Malam di Pelabuhan Pireaus Yunani

Salah satu pelabuhan yang disinggahi saat perjalanan menuju Santorini
Tujuan utama saya pergi ke Yunani sebenarnya hanya ingin mengunjungi Santorini. Ada beberapa cara menuju pulau yang terkenal dengan bangunan putih di tepian kaldera itu antara lain dengan pesawat atau ferry. Saya jelas memilih ferry karena lebih murah walaupun harga tiketnya tidak terlalu ramah bagi kantong pelajar. Waktu tempuh Athens-Santorini adalah 8 jam dan kapal ferry akan mampir di beberapa pulau sebelum sampai tujuan akhir Santorini.

Nah, karena lagi low season (bulan Januari) maka jumlah penumpang dan frekuensi penyebrangan dikurangi. Pilihan jadwal penyebrangan jadi terbatas. Jadwal berangkat yang sesuai dengan itinerary saya hanya ada pukul 06.00 pagi dan akan tiba di Santorini pukul 14.00 siang. Sedangkan jadwal pulang (hari Minggu) hanya ada pukul 16.00 sore dan akan tiba di Athens jam 00.00 tengah malam!! Saya stress setengah mati karena tidak ada bayangan sama sekali bagaimana kondisi tengah malam di pelabuhan. Selain itu ini pengalaman solo traveling pertama saya. Parahnya lagi saya tidak ada teman yang dikenal di Athens dan kartu ponsel tidak berfungsi!! I am totally alone. Perut saya sedikit mulas membayangkan apa yang harus dilakukan saat tiba di Athens nanti.

Singkat cerita 3 hari saya jalan-jalan di Santorini berlalu dengan cepat. Hari kepulangan pun tiba. Tepat pukul 16.00 sore saya naik ke kapal ferry Blue Star yang siap mengantar saya kembali ke Athens. Perut saya kembali sedikit mulas teringat akan tiba di Athens tengah malam. Saya mencoba tenang, toh masih ada 8 jam yang harus saya lalui diatas kapal yang sedang berlayar membelah laut Aegean ini. Saya memilih duduk di dekat jendela karena ingin mendapat pemandangan sempurna matahari yang sebentar lagi tenggelam. The most beautiful sunset that I’ve ever seen!!

Saya membaca ulang catatan cara menuju bandara Athens International Airport pada agenda. Saya sudah browsing dari jauh-jauh hari dan mencatat lengkap informasi ini. Saya akan naik shuttle bus airport dengan kode X96 yang datang tiap 20 menit dan beroperasi selama 24 jam penuh. Saya sebenarnya ragu apakah shuttle bus airport ini benar-benar beroperasi selama 24 jam mengingat saat ini adalah low season kunjungan turis. Selain itu siapa yang mau ke bandara tengah malam bolong selain mahasiswa kantong kering macam saya demi menghemat biaya akomodasi. Tiga hari sebelumnya saya sempat bertanya pada petugas loket tiket ferry Blue Star tentang bus ini dan wanita penjaga loket itu mengangguk lalu menulis pada secarik post it “BUS X96”. Keraguan saya mulai luntur sejak itu.

Saya tidak tidur sepanjang perjalanan pulang menuju Athens ini. Selain karena cemas saya juga lapar. Bekal 4 buah croissant sudah habis sejak sebelum hari gelap. Saya benar-benar bokek sekarang. Uang cash di dompet tinggal €10 dan akan saya gunakan untuk membayar shuttle bus €5. Saya akan beli makanan saat sampai Athens nanti. Harga makanan di atas kapal ini cukup mahal. Susah menemukan ATM di Santorini dan sekalinya ketemu ATMnya rusak. Selain itu banyak pengeluaran tak terduga seperti harus naik taksi karena bus di Oia tidak kunjung datang. OH MY GOD!! Saya tidak terpikir perjalanan solo pertama saya akan ter-seok-seok seperti ini. Saya menertawai diri sendiri dalam hati.

Cahaya kota Athens kian jelas ketika kapal ferry mulai menepi. “All is well, all is well” saya menyemangati diri sendiri. Semua penumpang menuruni kapal ferry yang telah parkir di dermaga pelabuhan. Saya berusaha berjalan mantap menuju halte bus yang letaknya tak jauh dari dermaga. Kondisi masih ramai penumpang ferry yang baru tiba. Saya duduk menunggu bus menuju airport. Layar penanda kedatangan bus masih menyala pertanda baik masih ada bus yang beroperasi dini hari ini. Bus pertama melintas setelah 15 menit menunggu. Bukan bus X96. Bus kedua melintas setelah 30 menit menunggu. Bukan juga bus X96. Saya mulai ciut nyali. Halte yang tadinya ramai mendadak sepi. Kios toserba dekat halte tiba-tiba tutup. Saya harus memutar otak mencari cara menuju bandara.

Orang asing duduk sendirian pada dini hari di halte bus dekat pelabuhan dengan memangku ransel besar. Saya benar-benar sasaran empuk tindak kejahatan. Yunani sedang dilanda krisis moneter sehingga banyak homeless berkeliaran. Kondisi yang sangat tidak nyaman. Saya akhirnya memutuskan menunggu di coffe shop di seberang jalan yang masih buka padahal tidak punya uang. Saya berniat menghangatkan badan disana karena udara yang sangat berangin diluar walaupun suhu malam itu “hanya” 17 derajat. Saya baru saja hendak membuka pintu ketika si pelayan dari dalam memutar papan bertuliskan “CLOSE”. OH MY LOOORD!! Kesialan bertubi-tubi. Saya benar-benar kehabisan akal harus menunggu dimana. Saya melirik arloji yang menampilkan angka 01.00 dini hari.

Saya melipir di depan coffe shop yang sudah tertutup rolling door sekarang. Kondisi sekitar pelabuhan makin sepi. Hanya ada beberapa sopir yang tidur dalam taksinya serta beberapa homeless.  Layar penanda kedatangan bus tidak menampilkan informasi baru lagi. Pertanda buruk!! Saya menyeberang jalan lagi ketika sebuah taksi lewat dan tiba-tiba berhenti di depan halte. Tidak ada jalan lain lagi selain naik taksi. Saya sudah lelah setelah perjalanan jauh dan hari makin larut. Saya membuka pintu taksi dan menanyakan tarif. “Eighty euro to airport! Eighty euro!” seru sopir taksi lantang. Jantung rasanya mau copot. Nggak liat apa wajah mahasiswa saya yang udah memelas gini masih saja dikasih harga selangit. Jelas saya nggak mau dan nggak mampu bayar. Tarif taksi itu bahkan lebih mahal dari tiket pesawat promo saya.

“Duit cuma tinggal €10 kok ya nekat mau naik taksi” saya memarahi diri sendiri. Saya bergegas menutup pintu, menolak harga gila itu, dan berakting jual mahal. “How much do you want, Sir? Airport is far away from here. There is no bus anymore” rayu si sopir taksi. Saya berjalan saja meninggalkan taksi “mahal” itu dan pura-pura tidak membutuhkannya lagi. Trik menawar yang biasa saya lakukan di Indonesia ternyata berhasil juga disini. “Seventy  euro! Sixty euro! Okay the last offer, fifty euro! Good price, Sir! Come on!” sopir taksi meneriaki saya bertubi-tubi. Saya berbalik badan dan menawar lagi. “How about ten euro?” Kata-kata itu meluncur begitu saja karena otak saya sudah buntu. Sontak saya dimaki sejadi-jadinya oleh si supir taksi. Saya langsung kabur terbirit-birit.

Saya kembali lagi ke depan coffee shop. Ada deretan mesin ATM disana. Kepala saya terasa berat karena lapar luar biasa dan kehabisan tenaga karena kabur dari supir taksi tak tahu diri tadi. Saya mendadak jadi melankolis dan teringat teman-teman yang biasa traveling bareng. Kalau saja saya bersama mereka saat ini pasti kita nekat menunggu bus sampai pagi. Saya berada di jalan yang benar-benar buntu sekarang. Sudah pukul setengah dua pagi. Saya ingin mengambil uang di deretan ATM itu. Saya ingin membeli makan. Saya ingin naik taksi menuju bandara secepat mungkin.

Mengambil uang di ATM merupakan pilihan yang ceroboh. ATM di sini tidak seperti ATM di Indonesia yang memiliki pelindung ruang kaca dengan AC yang nyaman. Mesin ATM di sini tertanam begitu saya pada dinding di jalanan. Kondisi di sini sudah benar-benar sepi sekarang. Bagaimana jika saat mengambil uang ada yang merebut kartu ATM saya dari belakang? Siapa yang akan menolong saya? Kartu ATM itu harapan hidup satu-satunya berisi uang beasiswa untuk hidup satu bulan kedepan. Otak saya mulai memutar skenario-skenario terburuk. Kewaspadaan yang berlebihan. Mungkin terbiasa dengan headline kriminal yang tiap hari muncul di media Indonesia. Saya berpikir dua kali.

Saya benar-benar sudah pasrah sekarang. Saya berjalan limbung melewati deretan mesin ATM. Saya berjalan tak tentu arah menahan rasa lapar dan berat di kepala ketika mata saya tiba-tiba menangkap sign board hotel. Harapan menyala lagi. Pesan kamar di hotel dengan jaminan passport dan esok hari ketika sudah ramai baru ambil uang di ATM untuk membayar. Perfect! Perfect plan! Saya agak lupa nama hotelnya. Hotel Athens kalau tidak salah. Hotel ini tidak seperti hotel. Umurnya sudah tua dan terselip diantara bangunan-bangunan lain yang lebih besar. Oleh karena itu saya berani masuk.

Receptionist hotel ini seorang anak muda yang fasih berbahasa inggris. Dia bilang kalau sudah lewat tengah malam biasanya bus menuju airport menunggu penumpang di suatu tempat dekat hotel ini. Kalau tidak ada penumpang yang datang maka bus tidak akan beroperasi. Saya sudah hilang harapan pada bus itu. Malam ini saya putuskan untuk tidur di hotel tua ini. Tarifnya €20 untuk kamar single dengan bed besar. Harga yang masih masuk akal.

Saya lansung melemparkan diri diatas kasur yang entah kenapa begitu nikmat. Punggung saya sudah kesemutan setelah duduk 8 jam di kapal ferry ditambah memanggul ransel mondar-mandir 2 jam lebih di pelabuhan. Saya mengirim pesan line ke teman traveling saya di Lithuania. “I had a rough day”. Tidak ada balasan. Saya tertidur tanpa berganti pakaian.

Pagi harinya setelah check out dan ambil uang di ATM, saya menunggu bus X96. Tiga puluh menit menunggu bus tak kunjung tiba. Kondisi pelabuhan penuh sesak orang sekarang. Saya kembali ragu-ragu. Saya harus mengejar pesawat ke Istanbul yang akan take off dua jam lagi. Saya bertanya pada orang dikanan-kiri namun tidak ada yang bisa bahasa Inggris. Ujian macam apa lagi ini. Akhirnya saya mengikuti saran si receptionist hotel yang tadi saat check out bilang untuk naik metro saja ke bandara. Akhirnya saya bisa tiba in time di airport menggunakan metro. Setelah lari tergopoh-gopoh menuju check-in counter eeeh pesawatnya delay. Saya tertunduk lesu. L

Kamis, 10 Desember 2015

5 Kuliner Wajib Saat Berkunjung Ke Turki

Arasta Bazar Turkey
Bagi para pencinta kuliner pasti kota Istanbul di Turki menjadi salah satu tempat yang paling membahagiakan. Alasannya adalah di kota ini bertebaran tempat makan yang menyajikan kekayaan kuliner khas Turki dengan harga bersahabat. Cita rasa makanan yang otentik dipadu dengan keramah-tamahan para pedagang menghasilkan pengalaman tak terlupakan.

       Berikut 5 kuliner yang wajib banget buat dicoba saat berkunjung ke Turki terutama kota Istanbul:

1.    Vefa Bocazi
Minuman dengan resep berumur lebih dari 100 tahun
Kalau bukan karena jalan sama orang lokal, saya tidak akan nyasar di kedai minuman Vefa Bocazi. Rahman seorang teman yang asli Istanbul ngotot mengajak saya mencoba minuman bernama Boza.

Boza adalah minuman yang terbuat dari gula, air, dan fermentasi millet. Millet adalah sejenis biji-bijian dari tumbuhan rumput yang tumbuh di kawasan Eurasia. Terjemahan bebasnya sih  jawawut. Warna minumannya kuning dan dimakan dengan taburan kacang.

Rasanya dominan manis dan kacangnya kalau digigit rasanya kayak kapur. Kedai Vefa Bocazi ini penuh banget sama pembeli yang kebanyakan orang lokal. Saya baru sadar kalau kedai minuman ini sangat tua dan bersejarah setelah profilnya masuk di official Instagram page Lonely Planet.

Vefa Bocazi berdiri sejak 1876 yang berarti resep minuman Boza sudah berusia lebih dari 100 tahun. WOW! Pengalaman yang sangat berharga dan saya sangat beruntung pernah mencoba Boza ini. Tapi kalau ditanya harga saya nggak tahu karena cuma di traktir hehe!

2.    Dondurma
Es Krim Turki di depan Ayya Sofya
Dondurma itu adalah es krim khas Turki. Perbedaan Dondurma dengan es krim biasa terletak pada teksturnya yang  sangat kenyal, elastis, dan tidak mudah mencair. Rahasianya ada pada kompisisi es krim yang ditambah salep dan mastic. Salep adalah tepung dari akar anggrek dan mastic adalah getah tumbuhan.

Cara penyajian Dondurma sangat unik karena dihidangkan melalui atraksi. Pedagang akan memutar Dondurma dengan tongkat besi panjang, menarik-ulur, bercanda dengan pembeli seolah-olah Dondurma akan diberikan padahal tidak dan terakhir membunyikan lonceng. Kalau mau lihat videonya bisa cari di YouTube.

Tidak ada rasa unik yang Turki banget untuk Dondurma. Rasanya standar coklat, vanila, dan buah-buahan namun favorite saya Dondurma mixed coklat vanila pake topping kacang pistachio. Sluuurp!

3.    Simit
Simit 1 TL
Simit adalah roti bulat besar yang tengahnya bolong seperti donat dan diatasnya ada taburan wijen. Cara makannya bisa dibelah dan dikasih Nutella tengahnya atau dimakan gitu aja tapi rasanya tawar.

Jujur saya tidak terlalu suka Simit karena kalau dimakan bikin seret. Saya tertarik beli Simit karena makanan ini sangat populer dan banyak banget dijajakan di pelataran dekat Masjid Biru. Simit ditata bertumpuk dalam gerobak yang kelihatan menggoda selera.

Waktu di kapal ferry mau nyebrang selat Bosphorus saya juga lihat pedagang yang jual Simit dengan ditaruh diatas kepala kayak orang jual sate di Indonesia. Walaupun bukan kegemaran tapi sangat saya rekomendasikan buat dicoba karena roti ini merupakan bagian dari kebudayan masyarakat Turki. Harga Simit pun sangat murah cuma 1 turkish lira atau sekitar 5 ribu saja.

4.    Baklava and Turkish Delight
Turkish Delight sebelah kiri dan homemade turkish snack (lupa namanya)
Baklava adalah makanan penutup khas Turki. Baklava terdiri dari lapisan lapisan kulit pastry tipis yang diisi berbagai macam kacang yang dihancurkan. Baklava rasanya manis, legit, lembut dan crunchy.

Lagi-lagi saya beruntung karena punya teman orang lokal Turki. Saya jadi punya kesempatan mencicipi Baklava yang dibuat langsung oleh ibu Rahman. Jelas rasanya lebih joooss dan otentik daripada Baklava di toko oleh-oleh. Sepiring Baklava pun ludes oleh kami berdua hehe!

Turkish Delight juga adalah makanan penutup yang sangat populer di Turki. Turkish Delight sebenarnya adalah semacam jely yang berisi potongan berbagai macam kacang atau kurma. Biasanya turkish delight berisi campuran kacang pistachio, hazelnuts, almond, dan walnuts.

Turkish Delight berbentuk persegi warna-warni yang dilapisi semacam tepung dan gula halus agar tidak terlalu lengket. Setiap toko oleh-oleh di Istanbul pasti menjual Turkish Delight jadi sempatkanlah icip-icip tester hehe! Jangan khawatir kalau mau beli harganya sangat terjangkau kok!

5.    Turkish Coffe and Tea
Turkish Coffee
Minum teh dan kopi merupakan kebiasaan yang tidak bisa dipisahkan dari orang Turki. Kata Rahman teh dan kopi sudah menjadi minuman nasional yang mereka minum setiap hari.

Teman saya sesama exchange student di Lithuania asal Turki sampai membawa teko khusus dari negaranya untuk membuat kopi tiap pagi. Dia bilang rasa yang dihasilkan akan berbeda. Bentuk tekonnya unik yaitu menyerupai teko air biasa yang bertumpuk.

Selain bentuk teko yang berbeda, cangkir dan gelas untuk minumnya pun berbeda. Cangkir kopi ukurannya sangat lebih kecil dari cangkir normal dengan pola ornamen khas Turki. Gelas untuk teh bentuknya seperti kuali dari kaca yang ukurannya juga kecil.

Saya pernah mencoba keduanya. Kopi Turki rasanya sangat kuat dan tidak terlalu asam. Teh Turki menurut saya sangat nikmat karena mempunyai rasa yang sangat kaya. Kalau di Indonesia saya biasa minum teh melati namun di Turki ada banyak sekali pilihan rasa teh. Teh rasa buah, rempah, hingga teh yang berbentuk bunga yang bisa mekar kalau diseduh serta teh yang membuat nyenyak tidur dan menghilangkan capek.

Saya bukan penggemar kopi jadi saya tidak bisa cerita banyak tentang jenis-jenis kopi di Turki. Saya hanya mencoba secangkir kopi Turki untuk pengalaman. Rekomendasi saya untuk coba kopi atau teh adalah kedai di Arasta Bazaar karena bisa sekalian lihat tari Sufi gratis kalau sore dan letaknya tak jauh di Blue Mosque.

Kata Rahman hal yang paling dirindukan saat masih di Lithuania adalah kopi dan teh Turki. Mungkin seperti orang Indonesia yang selalu merindukan Indomie. Ciee nggak nyambung!

NOTES
·     Kebab tidak masuk dalam daftar karena sudah banyak dijumpai di berbagai negara jadi menurut saya kurang khas. Saya juga mencoba kebab di Istanbul dan semuanya rata-rata enak dengan porsi jumbo. Worth to try as well!

·     Jalan-jalanlah ke daerah Ortakoy di dekat selat Bosphorus karena ada banyak hawker food disana kalau malam hari yang bisa dijadikan pilihan kuliner. Saya mencoba Kumpir yaitu baked potato ala Turki yang cukup mengenyangkan.

·   Hal lain yang patut dicoba adalah shisha yaitu flavoured smoke khas timur tengah. Saya mencoba beberapa hisap karena ditawari gratis oleh staff hostel. Saya pribadi sih kurang suka karena rasanya seperti merokok namun lebih ringan.

Minggu, 06 Desember 2015

5 Kuliner Wajib Saat Berkunjung ke Vietnam

Penjaja makanan pinggir jalan di Ho Chi Minh
Pengalaman pertama kali saya mencoba masakan Vietnam adalah saat menjadi exchange student di Lithuania. Hang, teman asal Vietnam, adalah orang yang pertama memperkenalkan saya pada Vietnamese spring roll. Walaupun dia mengaku tidak jago masak tapi lumpia khas Vietnam buatannya sukses membuat saya ketagihan.

            Hang juga pernah masak Pho Noddle yang juga enak. Lagi-lagi dia mengaku kalau rasa Pho Noddle buatannya jauh daripada rasa asli masakan ini. Hang mengaku susah menemukan bumbu Pho Noddle di Lithuania jadi hanya pakai bumbu seadanya.

            Waktu traveling ke Ceko saya menginap dirumah Ayah Hang dan keluarganya yang sudah lama menetap disana. Saat makan malam lagi lagi saya disuguhi berbagai macam masakan Vietnam yang rasanya nggak usah ditanya lagi sangat mantap. Saya lupa apa saja namanya namun juaranya adalah beef salad.

            Saat saya dan beberapa teman traveling ke Paris, kami sempat jajan Pho Noddle di tempat makan yang sangat rame. Saya cerita ke Hang dan dia malah marah dan bilang kalau mau nyoba Pho Noddle yang “asli” harus coba di negara asalnya dong!

Maka saat Indochina trip kemarin saya bela-belain mampir Vietnam demi menuntaskan rasa penasaran akan rasa Pho Noddle yang “asli”. Selain itu saya juga kangen spring roll seperti dibuatkan Hang dulu.

Ternyata selain Pho Noddle dan Spring Roll saya kebablasan nyobain kuliner Vietnam dan banyak makan ini dan itu. Berikut 5 kuliner yang wajib dan kudu banget harus dicicipi saat kalian jalan-jalan ke Vietnam khususnya Ho Chi Minh : 

1.    Vietnamese Spring Roll
Vietnamese Shrimp Roll :9
Ini makanan yang pertama saya cari saat baru tiba di Vietnam. Saya sudah rindu berat dan nyidam makan spring roll lagi sejak lama. Sudah sekitar satu tahun lalu saya makan spring roll buatan Hang di Lithuania namun kali ini saya akan langsung mencicipi di negara aslinya.
Vietnamese spring roll ini berbuat dari rice paper yang digulung dan bentuknya persis seperti lumpia biasa. Isinya bervariasi tapi yang umum adalah mie bihun, selada, udang, sayuran, dan daun-daunan kayak mint atau kemangi yang bikin rasanya seger pedas semriwing gimana gitu.

Cara makan vietnamese spring roll adalah dengan dicocol saus pedas manis. Saya nggak tau campuran sausnya apa tapi ada banyak campuran bumbu. Vietnamese spring roll ini makanan sehat karena tidak digoreng.

Oia satu yang saya suka adalah spring roll ini sangat fotogenik karen rice paper yang digunakan untuk membungkus itu transparan jadi kita bisa liat isinya yang warna warni orange-merah-ijo-putih.

2.    Pho Noodles
Pho Noodles President :9
Pho Noodles mungkin merupakan makanan yang paling dikenal dari Vietnam. Pho Noodles adalah mie kuah dengan topping beef bedanya mie terbuat dari beras dengan bentuk pipih lebar mirip kwiteau. Rasa mienya lembut dan makannya ditambah toge, irisan cabe, dan lagi lagi dedaunan yang rasanya pedes mint gitu.

Tempat makan Pho Noodles yang terkenal di Ho Chi Minh adalah Pho Noodles 2000 atau Pho Noodles President. Lokasi Pho Noodles 2000 ini deket sama Ben Thanh Market. Saya sempat nggak nemu tempat ini karena ternyata ada dilantai dua gedung yang bawahnya Coffee Bean and Tea Leaf.

Pho Noodles 2000 ini bakal rame banget kalau jam makan siang jadi kalau nggak mau nunggu lama hindari jam-jam tersebut. Harga Pho Noodles disini relatif agak mahal dibanding yang dipasar. Pho Noodles 2000 jadi terkenal karena pernah dikunjungi president Bill Clinton.

Oia kalau dimeja disediain tisu basah jangan dipakai yaa guys karena itu nggak gratis alias harus bayar! Sialnya saya karena kurang baca jadi kena jebakan ini dan harus bayar L

3.    Rice Paper Taco
Nama Vietnamnya Banh Trang Nuong karena ribet mari kita sebut saja rice paper taco. Ya bentuknya memang mirip taco khas Meksiko itu. Awalnya saya tidak terlalu menaruh perhatian pada makanan yang satu ini sampai saya sadar bahwa banyak yang jual makanan ini di trotoar jalan. Saya jadi penasaran mau coba.

Seperti namanya, makanan ini terbuat dari lembaran rice paper yang diatasnya dikasih telur puyuh, bubuk merah mirip cabe, sama bubuk-bubuk lain yang saya nggak tahu apaan. Cara masaknya adalah dengan dibakar diatas arang.

Bentuknya mirip pizza dan rasanya unik. Jujur saya tidak terlalu favorite tapi yang penting sudah mencoba. Oia rice paper taco ini ternyata jajanan anak SD. Pantesan saya ketemu penjualnya lagi ngemper pake dingklik di depan sekolahan.

4.    Vietnamese Baguette Sandwich
Vietnamese Baguette Sandwich atan Banh Mi ini makanan favorite saya buat sarapan. Sangat mudah menemukan penjual Banh Mi karena nggak usah dicari dan tinggal jalan aja di trotoar pasti bakal dipanggil-panggil.

Sebenarnya Banh Mi nggak terlalu otentik Vietnam sih karena makanan ini adalah hasil pengaruh budaya barat lebih tepatnya Perancis. Vietnam dijajah Perancis lebih dari 1 abad dan budaya makan roti baguette masih tetap tinggal. Saya jadi heran sama Indonesia yang dijajah lebih lama oleh Belanda 3,5 abad tapi kita kok nggak ada budaya makan roti dan jadi rice holic.

Banh Mi ini sebenarnya kayak sandwich biasa sih kayak makan Subway gitu. Banh Mi dibuat dari french roll bun yang dibelah dan tengahnya diisi  daun ketumbar atau cilantro, potongan timun tipis, potongan wortel, daging yang biasanya babi.

5.    Ice Coffee
Vietnamese Coffee
Saya bukan fans berat kopi tapi berusaha selalu mencoba jika ada kopi khas suatu daerah. Vietnam punya es kopi hitam yang terkenal. Awalnya saya underestimate karena saya pikir rasanya bakal biasa aja. Saya tidak bisa terlalu membedakan rasa-rasa kopi namun jujur es kopi Vietnam itu enak.

Kopi Vietnam rasanya sangat kuat walaupun sudah dicampur susu namun tetap rasa kopinya akan sangat dominan. Saya tidak dapat mendefinisikan rasa yang tepat tapi secara garis besar es kopi Vietnam seger banget.

Penjual es kopi hitam ada dimana-mana kok. Biasanya penjualnya paketan sama jualan Banh Mi. Oia yang unik lagi kalau jajan di Vietnam itu makannya dipinggir jalan pake meja dan kursi pendek ukuran anak TK gitu. Seru seru seru! Selamat makan dan mencoba yaaaa!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...