Sabtu, 28 November 2015

Peron 9¾ Stasiun King’s Cross Inggris

Siap-siap menuju Hogwarts
Bagi para pembaca setia serial Harry Potter pasti sudah sangat familiar dengan lokasi Peron 9¾ Stasiun King’s Cross ini. Yes, peron ini adalah portal masuk ke dunia sihir tempat sekolah Hogwarts berada. Lokasi ini ternyata ada sungguhan di Inggris loh! Saya sempat berkunjung kesana dan ternyata tempatnya tidak terlalu istimewa.

            Saya harus berkejaran dengan waktu menuju Stasiun King’s Cross ini karena hanya punya tenggat waktu 16 jam transit. Visa Inggris terpisah dari visa schengen yang saya miliki. Namun kita bisa mengatur jadwal penerbangan dengan jeda waktu transit semaksimal mungkin untuk dapat keluar jalan-jalan.

            Terdapat trolley besi dengan dua buah koper serta burung hantu Hedwig dalam sangkar yang tertanam sebagian pada dinding. Di atas trolley terdapat papan nama bertuliskan “Platform 9¾” dengan tinta putih. Disekelilingnya terdapat tali pembatas antrian pengunjung yang ingin berfoto. Saya memperhatikan pengunjung sore itu yang sedang antri foto semuanya anak-anak berusia belasan tahun. Para pendamping mereka hanya menunggu di luar batas antrian untuk memotret. Cuma saya satu-satunya orang dewasa yang kegirangan ikut mengantri bersama anak-anak ini. Saya cuek saja mengantri dengan dua teman yang saya paksa ikutan antri juga. Anak-anak ini cekikikan melihat kami. “Woooi yang suka Harry Potter bukan cuma anak-anak keleus!” teriak saya. Wajah mereka berubah kebingungan.

            Akhirnya giliran saya maju untuk di foto depan trolley. Kita akan dipinjami syal asrama sebagai property foto. Ada empat pilihan syal sesuai jumlah asrama di Hogwarts. Saya pilih asrama yang mainstream dong! Go Gryffindor! Selanjutnya kita disuruh pose untuk di foto. Pose yang mainstream sih pura-pura lari menabrakan diri ke dinding terus syalnya di terbangin. Selain itu pose levitasi  dengan mengangkat kedua kaki juga banyak di lakukan. Kalau ga mau bayar kita bisa minta tolong temen fotoin pake kamera pribadi. Kalau mau bayar kita bisa minta foto pada staff Harry Potter Shop yang mengelola tempat itu. Nanti foto kalian akan dicetak dengan  frame logo Platform 9¾ kayak di taman-taman hiburan gitu. Saya sih ogah hehe!

            Tepat di sebelah spot foto tadi ada Harry Potter Shop yang menjual pernak-pernik dari serial flim itu. Saya langsung kalap kayak mbak-mbak liat diskonan walaupun harganya bikin ngurut dada! Begitu masuk terdapat deretan kotak berisi tongkat sihir replika mirip dengan Ollivanders Wand Shop di Diagon Alley. Saya mengintip harganya dan langsung ciut. Puluhan poundsterling untuk satu tongkat sihir. Saya harus puas hanya dengan dua replika tongkat sihir di rumah yang berasal dari hadiah majalah Cinemagz.

Pada sisi lain toko ada berbagai macam pakaian seperti syal asrama, jubah asrama, kaos, hoodie, dan sweatshirt dengan sablon 9¾.  Saya tidak berminat membeli pakaian karena ransel saya sudah penuh sesak. Akhirnya saya beralih pada souvenir yang ukurannya kecil sehingga mudah dibawa dan juga lebih ramah di kantong. Saya membeli post card, key chain, pin badge logo Hogwarts, pin logo 9 ¾ , replica ticket London-Hogwarts. Wahahaha akhirnya borong juga :9

            Saya berjalan memutar untuk melihat sisi lain lagi dalam toko. Terdapat tumpukan buku Harry Potter keluaran penerbit Bloomsbury. Menggoda sekali untuk di koleksi tapi pasti repot bawanya. Akhirnya saya cuma beli pop-up book Harry Potter yang lebih ringan beratnya. Saya masih belum puas juga berbelanja dalam toko ini.

Cokelat kodok dan permen segala rasa Bertie Bott's

Saya berhenti pada display terakhir dalam toko yang berisi makanan dalam flim Harry Potter. Terdapat cokelat kodok dan permen segala rasa Bertie Bott’s. Saya sangat tertarik pada permen segala rasa Bertie Bott’s ini karena pada kotaknya terdapat keterangan rasa-rasa yang aneh. Bayangkan saja ada rasa sabun, telur busuk, sosis, muntahan, cacing tanah dan yang paling menjijikan adalah rasa kotoran telinga! Recommended banget nih buat ngejahilin temen. Saya saja beli dua kotak dan setelah di coba hyuuuuks aroma dan rasanya benar-benar mirip kotoran telinga. Berani coba?

Selasa, 24 November 2015

5 (Lagi) Tips Aman Saat Solo Traveling

Always Be Safe <3 OK
Keamanan pasti merupakan concern utama orang-orang terdekat kita ketika hendak berpergian apalagi sendiri dan ke tempat yang jauh. Berita tentang kejahatan yang setiap hari muncul di media massa pasti sedikit banyak membuat orang-orang terdekat kita khawatir. Faktanya kejahatan bisa terjadi dimana saja bahkan ketika kita hanya berdiam diri di rumah. Saya pribadi masih selalu deg-deg an dan nervous kalau bepergian ke tempat baru. Rasa deg-deg an dan nervous itu seharusnya tidak menghalangi aktivitas kita namun justru membuat kita bisa lebih waspada dan berhati-hati.

Berikut 5 (lagi) tips aman saat solo-traveling ala the green passport

6.       Payung Sebagai Benda Multifungsi
Entah benda ini relevan atau tidak terhadap tingkat keamanan diri tapi saya selalu bawa ini setiap bepergian. Pernah suatu ketika saya harus jalan dari hostel ke MRT waktu subuh dan masih gelap gulita. Saya melewati jalan-jalan kecil di Athens dan banyak homeless tidur dekat statiun MRT. Takut setengah mati waktu itu tapi tidak ada pilihan lain. Sambil berjalan saya menggenggam payung yang berada di sisi kanan backpack. Mungkin ini semacam sugesti karena saya menjadi merasa lebih aman. Oia payung juga multi fungsi selain buat nahan panas dan hujan bisa juga buat tongkat pertahanan diri. Jadi selalu bawalah payung! Hehehe.

7.       Simpan Emergency Number
Sesuatu yang selalu saya biasakan setiap pergi jauh adalah mencatat nomor-nomor penting yang mungkin kita perlukan saat emergency. Empat nomor yang selalu ada di handphone saya adalah nomor hostel, nomor polisi/emergency call setempat, nomor KBRI, dan nomor turis centre kalau ada. Oia jangan lupa beli nomor dari provider setempat yaa. Saya sih biasanya malas beli kalau cuma short visit saja tapi kalau lebih dari seminggu yaa lebih baik beli. Lumayan bisa buat internetan juga. Saya sempat tersesat di Santorini dan gabisa pulang ke hostel. Setelah muter-muter lebih dari sejam akhirnya minjem handphone mbak-mbak di supermarket dan minta jemput orang hostel. Perlu keberanian untuk pinjem handphone orang karena kemungkinan kita akan dicuekin atau dianggap mau jahat. Jadi kalau mau lebih convenient sih beli SIM CARD! Jangan pelit-pelit kayak saya yaaa. . .

8.       Cari Teman dan Buatlah Jejak
Walaupun pergi sendiri kita tidak selamanya akan sendirian. Kita akan bertemu banyak sekali orang dan sesama solo-traveler. Berkenalanlah, ngobrol, dan buat teman sebanyak-banyaknya. Pergi bersama teman juga akan relatif lebih aman. Saya pribadi beberapa kali pernah melakukan one day trip bareng teman yang baru dikenal. Biasanya saya berkenalan di hostel. Oia kita juga harus mengikuti instict kita yaa! Kalau kita merasa orang yang baru kita kenal tidak berperilaku baik yaa tinggalin aja. Saya pernah diajak jalan bareng cewek Inggris yang lagi tipsy. Ngomong aja udah ngelantur. Akhirnya saya tolak karena ogah repot. Intinya pilihlah teman yang membuat kita nyaman dan don’t forget to have fun ya!

Saya selalu memberi tahu kemana saya pergi kepada keluarga/ teman/ teman hostel/ receptionist hostel/ check in via socmed. Tujuannya jika terjadi apa-apa atau kita hilang maka orang-orang terdekat dapat melacak jejak berdasarkan titik terakhir keberadaan kita. Jadi jangan diem-diem aja kalau pergi kemana-mana, kadang exist di socmed juga ada fungsinya bro! Hehehe.

9.       Hindari Jam Malam dan Tempat Sepi
Biasanya kejahatan terjadi di malam hari, di tempat gelap dan sepi karena tidak akan menarik banyak perhatian maka hindarilah tempat-tempat seperti itu. Kalau terpaksa bepergian pada kondisi tersebut bawalah alat pelindung keamanan atau cari teman. Oia rajin-rajin browsing juga tentang modus-modus kejahatan di daerah setempat. Tidak perlu semua tempat tapi tempat-tempat tertentu saja yang marak scam atau tinggi kriminalitasnya. Biasanya modus kejahatan yang ada spesifik dan berulang. Mungkin bagi sebagian orang ini dianggap berlebihan tapi tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga kan?

10.   Don’t Get Drunk
Jangan mabok kalau lagi traveling sendirian karena nggak ada yang ngurusin. WAHAHA! Selain itu kalau mabok kita jadi nggak aware sama lingkungan sekitar dan diri sendiri dan bisa jadi sangat membahayakan. Tipsy-tipsy dikit gapapalah tapi harus kontrol yaa! Jangan sampai rencana perjalanan jadi hancur lebur gara-gara kesenangan sesaat.

Mungkin 5 tips diatas terlihat ribet dan tidak penting tapi percayalah kejadian buruk bisa saja datang tanpa diduga-duga. Kita tidak perlu takut untuk melakukan perjalanan. Kita hanya perlu mempersiapkan perjalanan tersebut dengan baik. Dan ketika kejadian buruk tersebut sewaktu-waktu menimpa kita sudah siap untuk menghadapinya. Always be safe people! Lots love <3

Jumat, 20 November 2015

5 Tips Aman Saat Solo Traveling

Always Be Safe <3
Keamanan pasti merupakan concern utama orang-orang terdekat kita ketika hendak berpergian apalagi sendiri dan ke tempat yang jauh. Berita tentang kejahatan yang setiap hari muncul di media massa pasti sedikit banyak membuat orang-orang terdekat kita khawatir. Faktanya kejahatan bisa terjadi dimana saja bahkan ketika kita hanya berdiam diri di rumah. Saya pribadi masih selalu deg-deg an dan nervous kalau bepergian ke tempat baru. Rasa deg-deg an dan nervous itu seharusnya tidak menghalangi aktivitas kita namun justru membuat kita bisa lebih waspada dan berhati-hati.

Berikut 5 tips aman saat solo-traveling ala the green passport :)

1.       Bawa Gembok
Barang kecil tapi banyak banget gunanya. Pertama buat ngunci loker di hostel. Barang penting kayak passport, hard disk atau laptop (kalau bawa) sebaiknya di tinggal di loker hostel saja. Bawa barang yang perlu saja kalau mau jalan-jalan jarak dekat atau one day trip karena selain berat juga bahaya. Oia uang juga jangan di bawa semua karena kalau amit-amit kehilangan masih punya cadangan di loker.

Kedua buat ngunci backpack saat perjalanan jauh naik transportasi umum. Saat naik bus misalnya kita harus taruh backpack di bagasi bagian bawah. Kita tidak boleh bawa backpack yang besar itu ke tempat duduk di kabin. Nah jika backpack kita berisi barang berharga jangan lupa di gembok yaa. Kalau saya sih biasanya memilih untuk bawa dua tas. Satu tas besar berisi pakaian, toiletries, dan barang-barang tidak berharga lainnya. Satu tas kecil berisi barang berharga yang boleh di bawa masuk ke tempat duduk di kabin.

2.       Buat Dummy Pocket
Saya dapat tips ini dari teman yang pernah kena todong di Amsterdam dan berhasil selamat karena dummy pocket ini. Dummy pocket adalah dompet tiruan. Maksudnya dompet asli tapi berisi uang notasi kecil dan kartu kredit/debit yang sudah tidak digunakan lagi. Nah, untuk uang notasi besar dan kartu yang asli silahkan di taruh di tas pinggang di balik baju. Jika kita suatu saat berada di posisi sulit dan menjadi korban penodongan berikan saja dummy pocket ini. Semoga dengan dummy pocket penodong akan langsung lari pergi karena sudah mendapatkan apa yang diinginkan. Beruntung saya belum pernah menggunakannya dan jangan sampai yaa! Tapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan diri menghadapi posisi sulit kan? Saya jadi berpikir untuk buat dummy handphone juga.

3.       Siap Sedia Peluit
Peluit ini untuk menarik perhatian. Kadang saat dalam beberapa keadaan kita seperti kehabisan tenaga untuk berteriak. Nah inilah fungsinya peluit! Selain itu jika dalam bencana atau kondisi lemah kita bisa menggunakan peluit untuk mencari pertolongan. Taruh peluit dekat dengan jangkauan kita. Bisa taruh di backpack sebagai gantungan kunci atau taruh di tas pinggang.

4.       Copy Document
Copy document penting seperti passport, KTP, dan boarding pass supaya jika yang asli hilang kita masih bisa menunjukkannya sebagai bukti kepemilikan. Selain hardcopy biasanya saya juga akan menyimpan semua copy document penting tersebut dalam bentuk softcopy. Scan passport, KTP, dan dokumen penting lain yang sekiranya perlu backup lalu simpan dalam flashdisk.

5.       Kreasikan Pepper Spray-mu!
Saya tidak yakin apakah sanggup untuk menyemprotkan pepper spray kepada orang yang bermaksud jahat. Liat orang dijambret aja udah gemeteran luar biasa. Pasti langsung blank kalau hal semacam itu terjadi pada diri sendiri. Tapi saya selalu bawa untuk berjaga-jaga saja. Oia lupa yang saya punya bukan pepper spray standar tapi homemade kreasi sendiri. Bikin dari minyak kayu putih ditambah bubuk cabe terus masukin botol spray deh. Pernah nyoba semprot di tangan rasanya lumayan panas. Kalau kalian mau beli pepper spray yang standar sudah banyak yang jual di toko online.  


Mungkin 5 tips diatas terlihat ribet dan tidak penting tapi percayalah kejadian buruk bisa saja datang tanpa diduga-duga. Kita tidak perlu takut untuk melakukan perjalanan. Kita hanya perlu mempersiapkan perjalanan tersebut dengan baik. Dan ketika kejadian buruk tersebut sewaktu-waktu menimpa kita sudah siap untuk menghadapinya. Always be safe people! Lots love <3

Senin, 16 November 2015

Teman Hostel Kena Jambret

HCM Street, Vietnam
Saya baru saja tiba di sebuah kapsul hotel di jalan Bui Vien, Ho Chi Minh. Lokasi hotel ini tidak jauh dari jalan utama kawasan backpacker yaitu jalan Pham Ngu Lao. Jam menunjukkan pukul 11.30 siang waktu setempat. Matahari bersinar terik sekali siang itu di Ho Chi Minh. Saya sukses basah kuyup oleh keringat setelah jalan beberapa blok dari terminal bus ke hotel di tambah nyasar beberapa kali. Setelah tanya sana-sini dan menolak belasan tawaran dari tukang ojeg akhirnya ketemu juga nih hotel. Kesan pertama di Ho Chi Minh adalah kota ini rame banget sama motor.

Saya datang terlalu awal dan harus menunggu di lobby hotel untuk check in pukul 14.00 siang. Masih tersisa waktu menunggu 2.5 jam lagi. Beruntung ada AC di lobby jadi numpang ngadem dulu sekalian Wi-Fi an. Saya langsung kirim kabar via WA ke Hang. Dia adalah teman asli Vietnam tapi tinggalnya di Hanoi, Vietnam bagian utara. Dia excited banget tau saya udah sampe Vietnam dan kasih banyak rekomendasi tempat-tempat menarik. Saya asik chatting sambil minum es kopi Vietnam yang rasanya sueegeer banget tiba-tiba ada tiga cewek remaja masuk lobby sambil nangis bombay.

Ketiga cewek ini tampangnya oriental dan terlihat masih ABG. Cewek 1 terluka dibagian lutut dan sikunya. Dari bekas lukanya terlihat seperti luka akibat terjatuh di jalan beraspal. Dia dipapah oleh kedua teman ceweknya sambil terus nangis bombay. Cewek 2 dan 3 masuk hotel sambil terus memaki-maki penjambret yang baru saja mengambil tas mereka. Sontak semua orang di lobby langsung mengalihkan pandangan kepada mereka. Ada dua receptionist hotel saat itu dan beberapa orang tamu di lobby termasuk saya. Saya cuma diam melongo. Perasaan saya waktu itu antara kaget, tidak percaya, dan sedikit takut.

Cewek 2 dan 3 kemudian secara bergantian bercerita apa yang baru saja mereka alami. Katanya mereka baru saja kena jambret di jalan dekat hotel. Penjambretnya naik motor dan langsung menarik tas cewek 1 sampai dia jatuh tersungkur ke aspal. Semua barang berharga dia taruh di tas jinjing itu. Ada iPhone dan dompet yang isinya uang dan kartu kredit tapi untungnya passport mereka dititipkan di hotel. Parahnya barang berharga mereka bertiga berada di dalam satu tas jinjing yang hilang itu. Yasalam! Mereka bertiga mendadak histeris dan akhirnya pecahlah tangis cewek 2 dan 3 sampai suaranya memenuhi seisi lobby.

Setelah beberapa saat cewek 2 minta lapor polisi tapi seorang receptionist hotel bilang kalau itu bakal sia-sia dan memakan waktu. Mereka tidak punya informasi penting apapun seperti plat nomor atau sketsa wajah penjambret. Cewek 3 mengajukan opsi lain untuk menelepon kedubes China dan meminta pertolongan dari mereka. Cewek 1 teriak kesakitan ketika lukanya dibersihkan oleh salah seorang receptionist. Oooh dramatis sekali suasana lobby siang ini! Saya merasa iba tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa. Keadaan sedikit mereda setelah mereka berhenti menangis dan receptionist hotel berjanji membantu mereka menghubungi kedubes China dan mengurus asuransi.

Saya lanjut chatting dengan Hang dan memberitahu kejadian penjambretan itu. “Some people got robbed in my hotel!” Saya masih sedikit shock dan takut untuk jalan keluar apalagi sendirian. Penjambret itu sangat berani karena menjalankan aksinya di siang bolong dan di tengah-tengah kawasan yang sangat ramai. Beberapa saat kemudian jawaban Hang masuk dan menenangkan saya.

“OMG! Be careful Yud!”
“It’s quite normal in HCM to meet robbers because it’s metropolitan zones so be careful”
“People there are nice but the city is not that safe especially for foreigners”
“It’s not too dangerous but you gotta be careful”
“Think as if you are in Paris”

Kalimat terakhir Hang bikin saya sadar kalau kejahatan itu bisa terjadi dimana aja terutama di kota kota metropolitan. Saya pernah hampir kena copet di Paris. Beberapa teman saya bahkan kehilangan barang berharga saat naik metro di Paris. Tidak ada bedanya HCM dan Paris. Tidak ada bedanya Eropa dan South East Asia. Kita cuma perlu lebih berhati-hati dan waspada dan yang terpenting jangan memancing perhatian penjahat.

Berlaku dan pernampilan lah sewajarnya saja. Sebaiknya simpan barang berharga di loker hotel atau titipkan receptionist. Pakai backpack dan hindari tas jinjing karena rawan di jambret. Jangan simpan uang di dompet saku belakang. Saya selalu menyimpan uang di tas pinggang kecil di balik baju. Carilah teman jika ingin bepergian hingga larut malam atau ke tempat-tempat sepi. Terakhir banyak-banyak lah berdoa supaya kita selalu diberi lindungan keselamatan oleh Tuhan!


Tidak ada tempat yang benar-benar aman dari tindak kejahatan di muka bumi ini. Kejahatan bahkan bisa terjadi di depan rumah kita sendiri jadi jangan takut untuk tetap jalan-jalan yaa! You just have to travel smart and always be safe. Knock down your fear cause fear will takes you nowhere! J

Kamis, 12 November 2015

Perjuangan Masuk Kamboja

Ta Prohm, Angkor Wat, Cambodia

Banyak hal yang berjalan diluar rencana sejak awal akan masuk negara Kamboja. Well, lumrah sih dan justru itu yang membuat perjalanan makin seru dan banyak cerita.

Saya harusnya naik direct bus Bangkok-Siam Reap dari operator Transportation Co Ltd. Bus ini government bus dan tiketnya harus beli di terminal Mochit. Harganya lebih mahal  (750 Baht) dibandingkan harga minivan dari agen-agen travel di Khaosan Road tapi katanya kalau naik bus ini sudah “pasti jelas”. Maksudnya “pasti jelas” apa? Bingung juga awalnya sampai saya merasakannya sendiri.

Saya bela-belain ke terminal bus Mochit sehari sebelum keberangkatan. Banyak yang bilang beli pas hari H keberangkatan aja karena pasti dapat tapi entah kenapa instict saya bilang lebih baik booking in advance. Well, ke terminal Mochit itu perjuangan banget loh! Saya harus naik BTS (Bangkok Sky Train) Sukhumvit Line sampai terminal paling ujung Mochit harga tiketnya 42 Baht terus dilanjut naik taksi 40 Baht. Total 82 Baht one way! Waktu tempuh antara 30-45 menit tergantung trafic. Lumayan kan?

Nampaknya semesta tidak mendukung semua perjuangan saya karena setelah jauh jauh ke terminal Mochit tapi tiketnya SOLD OUT dong! Belum lagi dapat bonus kena marah sama petugas loket tiket karena teteup nggak mau pergi dan maksa-maksa dicariin tiket. Akhirnya ditawarin kursi tapi cuma sampe perbatasan aja terus dilanjut taksi. Lah apa-apaan tadi katanya sold out? Saya nggak mau dan melengos pergi. Eh tambah dimaki-maki. Dih galak bener! Akhirnya pasrah pulang dan beli tiket minivan dari agen travel di Khaosan Road yang harganya 450 Baht.

Penderitaan Mochit belum berakhir sampai disitu. Saat perjalanan balik saya ambil taksi lagi buat ke terminal BTS (Bangkok Sky Train). Jaraknya deket sih sekitar 10 menit naik taksi tapi karena lewatnya high way gitu jadi susah kalau mau jalan kaki. Pas bilang ke supir taksinya mau minta diantar ke stasiun BTS, dia pasang muka heran gitu. “What just BTS terminal? That’s so near. I have to wait one hour in  line to get passanger. And just BTS terminal? Seriously?” Jadi taksi-taksi di Mochit ini sistemnya antrian. Kalau ada pelanggan datang maka taksi yang paling depan yang berangkat. Saya jadi nggak enak hati di bilangin begitu sama supir taksi dan sepanjang jalan dia ketawa-tawa sendiri. Serem aja! Akhirnya saya nggak jadi nawar dan ijinin doi pake argometer. Jatuhnya lebih mahal jadi 60 Baht tapi yasudahlah!

Keesokan harinya saya harusnya dijemput jam 7 pagi tapi molor sampe jam setengah 8. Minivan ini bentuknya persis mobil Elf kalau di Indonesia. Satu minivan diisi oleh tujuh orang penumpang. Semua berjalan baik-baik saja sampai pukul 11 siang kami tiba di perbatasan Thailand, Aranyaprathet. Semua penumpang disuruh keluar beserta semua barang bawaan. Ada seorang laki-laki yang selanjutnya menggiring kita ke sebuah bangunan putih untuk mengurus visa tapi kok masuknya lewat pintu belakang ya? Karena tidak perlu Visa saya disuruh menunggu diluar bareng pasutri Jerman yang udah ngurus visa online. Dari hasil ngobrol-ngobrol saya baru tahu kalau harga tiket minivan mereka lebih murah. 600 Baht round trip Bangkok-Siem Reap. Rugi 150 Baht deh!

Setelah setengah jam nunggu saya disuruh jalan duluan ke border. Akhirnya kita bertiga jalan ke border dan alamaaaaaak antrinya panjang betul. Setelah nunggu setengah jam baru ada yang bilangin kalau kita salah antrian. Counter untuk foreign passpor ada di dalam gedung dan tidak ada antrian. Ternyata tadi kita antri di counter untuk passpor thailand. Saya panik karena departure card sempat hilang tapi akhirnya ketemu setelah bongkar dompet. Huff! Ada ada aja!

Beres di border Thailand lanjut jalan kaki ke border Kamboja di Poipet. Border ini rame banget beneran deh! Selain banyak kendaraan herannya banyak juga pedagang yang seliweran. Kaget juga karena bangunan imigrasi di Poipet ini sangat sederhana. Lantainya semen terus dinding sama atapnya dari seng alumunium. Kebayang nggak panasnya kayak apa di dalem sini! Kita bertiga nongkrong nungguin yang lain di bawah kipas angin tapi keringet tetep ngucur. Satu setegah jam kemudian karena udah nggak tahan panas akhirnya kita antri imigrasi duluan. Antrinya lumayan panjang tapi prosesnya lancar kok!

Setelah 2 jam lebih steaming akhirnya rombongan kita lengkap juga dan siap melanjutkan perjalanan Poipet-Siam Reap. Kelihatan jelas pada bete karena proses pengurusan Visa yang lama. Dari border kita diangkut naik free shuttle bus ke parkiran bus. Parkiran bus ini bentuknya ternyata mirip terminal. Ada money charger, tempat makan, counter tiket taksi sama bus juga ada. Nah disini mulai terjadi ketidakjelasan dari agen travel.

Saya pikir perjalanan akan dilanjutkan dengan minivan yang sama dari Thailand tadi namun ternyata tidak. Para penumpang minivan ternyata dipindah dan disatukan ke dalam satu bus besar. Parahnya jadwal keberangkatan bus ini tidak pasti karena bus baru akan berangkat kalau semua kursi sudah terisi penuh penumpang. Pihak tour agen bilang worst case nya kita harus nunggu sampai dua jam lagi baru berangkat. Yakali another two hours?! Mau marah rasanya tapi ya gimana udah bayar lunas dan percuma juga marah.

Dikala emosi labil gini eh bisa-bisanya pihak tour agen jualan jasa taksi. Dia bilang kalau taksi bisa berangkat sekarang dan nggak perlu nunggu. Terus kalau naik taksi cuma 5 jam aja sedangkan kalau naik bus bisa sampe 7 jam. Jelas jualan doi nggak laku karena pada ogah rugi udah bayar full tiket ke Siem Reap. Mending sabar dan bertahan nunggu 2 jam sambil ngelurusin kaki. Setelah jualan jasa taksi gagal entah kenapa kita tiba-tiba dipanggil masuk bus. Nggak nyampe 15 menit bus udah penuh dan siap berangkat ke Siem Reap. Dalem bus saya jadi nggosip ke temen sebelah kalau tadi itu mungkin scam biar pada milih naik taksi aja daripada lanjut pakai bus.

Jam setengah 8 malam akhirnya saya tiba di Siem Reap. Tidak ada terminal bus sentral di Siem Reap. Setiap operator bus punya depot pemberhentian bus masing-masing. I have no idea where I am. Tempat ini kayak lapangan yang dipagari seng tinggi dan ada beberapa bus parkir disitu. Lokasinya lumayan jauh dari jalan raya. Begitu turun dari bus langsung dikerubutin supir tuk-tuk. Bingung harus ngapain dulu? Harusnya ada free pick up service dari hostel tapi ini lokasinya kok kayak in the middle of nowhere gini yaa. Berhubung udah males ribet cari pinjeman telefon atau beli kartu buat telefon hostel jadinya naik tuk tuk deh.

Pengalaman pertama naik tuk-tuk ternyata lumayan bikin jantung berdebar. Tuk-tuk itu sepeda motor yang belakangnya disambung ke sejenis gerobak. Nah yang bikin serem itu sambungannya yang nggak stabil jadi gerobaknya masih bisa goyang kiri kanan waktu belok. Supir tuk tuk nya juga bawanya ngebut nggak pake rem jadi pas lewat polisi tidur terus belok eh gerobaknya miring dong. Adrenalin rush banget! Sebenernya ini sangat tergantung dari kondisi tuk tuk dan supirnya sih karena saya pernah naik tuk tuk yang stabil karena motornya laki yang gede gitu sama gerobaknya kokoh. Ngeri-ngeri sedap dan yang penting dapet pengalaman baru walaupun agak bahaya juga! Saya harus bayar 4 USD untuk sekitar 20 menit naik tuk-tuk dari tempat bus tadi ke hostel. Mahal sih tapi nggak ada pilihan lain.

Sebenernya waktu tempuh normal kalau pakai government bus adalah 8-9 jam perjalanan dari Bangkok-Siem Reap. Bandingkan dengan saya yang harus menempuh waktu lebih dari 12 jam perjalanan ditambah emosi. Memang ada harga ada kualitas yaah!

Minggu, 08 November 2015

Photo Story : Transit di London

Saya sengaja mengatur rencana perjalanan dari Vilnius, Lithuania ke Praha, Ceko dengan transit di Inggris dengan jeda waktu yang cukup lama (± 18 jam). Nah, selama waktu transit itu kita bisa keluar bandara dan keliling kota London. 

Berikut highlights tempat-tempat yang bisa kalian kunjungi saat transit di negara ratu Elizabeth ini! 

Sherlock Holmes Museum
London Beatles Store
Baker Street Metro Station
London Eye
London Black Cab
Lovely uniform <3
Big Ben
London Bridge
Lovely vehicle bustling around London
Random park
Iconic red telephone box
Red telephone boxes <3
Freezing pose in front of Big Ben
Squirel
Pelikan
Victoria Park London
Afternoon chillin'
Platform 9 3/4 King's Cross
Harry Potter Shop!!
Buckingham Palace
Westminster Abbey Church

Kamis, 05 November 2015

Balada Naik Sleeping Bus

Sleeping Bus The Sinh Tourist
Alasan kenapa saya ngotot melakukan perjalanan Indochina lewat jalur darat adalah pengen nyobain naik sleeping bus. Keinginan muncul setelah membaca beberapa blog yang masukin aktivitas ini dalam daftar aktivitas yang patut dicoba saat traveling Indochina. Saya jadi penasaran dan akhirnya kesampean nyobain naik sleeping bus sampai 3 kali.

Angkutan sleeping bus ini banyak beroperasi di negara Vietnam dan dari Kamboja yang akan masuk Vietnam. Ukuran sleeping bus ini sebenarnya sama seperti bus biasa saja, tidak lebih tinggi atau besar. Perbedaan ada pada bentuk kursi yang tidak bersudut 90 derajat melainkan membentuk sudut hampir 180 derajat. Ada dua tingkat kursi yaitu atas dan bawah.

Ilustrasinya adalah mirip bunk-bed hostel namun bedanya yang disusun ini kursi dan ada didalam bus. Kalau mau naik ke kursi atas ya harus manjat dan penumpang yang ada dibawah harus rela dikasih pemandangan kaki. Aturan di sleeping bus kita nggak boleh pakai alas kaki jadi waktu pertama masuk udah dikasih kresek buat tempat alas kaki kayak mau masuk masjid aja!

Saya dapat banyak pengalaman seru ketika 3 kali naik sleeping bus di daratan Indochina
1.       Siem Reap – Pnom Penh – Ho Chi Minh
Awalnya saya berencana naik sleeping bus dari operator yang cukup populer bernama Giant Ibis ke Pnom Penh lalu di sambung operator Khai Nam dari Pnom Penh ke Ho Chi Minh. Sialnya saya kehabisan tiket Giant Ibis dan terpaksa cari alternatif lain.
Setelah kebingungan dan cari informasi dari staff hostel maka saya dapat rekomendasi naik bus Virak Buntham. Saya beli tiket terusan Siem Reap – Ho Chi Minh seharga kurang lebih 20 dollar. Saya lupa harga pastinya namun harga berbeda tergantung waktu keberangkatan. Saya beli di travel agent dekat hostel dan mereka bilang saya akan dijemput langsung ke hostel.
Sore hari saya sudah mejeng depan hostel ketika ada Tuk-Tuk berhenti dan teriak-teriak “VIRAK BUNTHAM! VIRAK  BUNTHAM!” Lah saya pikir langsung dijemput pakai bus ternyata harus naik Tuk-Tuk lagi. Saya pun sukses oleng kekanan dan kiri karena supir Tuk-Tuk ngebut maksimal dijalan yang nggak ada mulus-mulusnya.
Bus Virak Buntham ini lumayan bagus. Ada 4 kolom kursi yaitu dua dikanan dan dua dikiri yang dipisahkan oleh gang senggol saking kecilnya. Kursinya berlapis kulit cokelat yang terlihat vintage. Saya mendapat tempat duduk dibagian atas. HORE!!
Selain turis ternyata banyak juga orang lokal yang ikutan naik ke bus. Darimana saya tahu mereka orang lokal? Pertama karena mukanya, kedua karena mereka bisa ngobrol sama kondektur yang nunjuk-nunjukin posisi tempat duduk.
Sepanjang perjalanan Siem Reap – Pnom Penh saya habiskan dengan tidur. Namun tiba-tiba saya terbangun ketika bus berhenti dan serombongan orang turun dari bus. Si kondektur teriak “TOILET! TOILET! TOILET!” Oh ternyata cuma berhenti di pom bensin pikir saya. Saya pun balik badan menghadap kaca untuk melanjutkan tidur ketika melihat pemandangan yang membuat mata terbuka lebar saking kagetnya.
Belasan penumpang lagi buang air dengan asiknya di alam terbuka tak jauh dari sisi bus. Ternyata bus tidak sedang berhenti di pom bensin melainkan ada di tengah jalan sepi yang sejauh mata memandang hanya semak semak dan lahan tandus. Kok mereka nggak malu yaa ditonton bule-bule yang sama melongonya seperti saya.
Saya balik badan membelakangi kaca dan teman disebelah saya, orang Jepang yang sudah sebulan traveling di Kamboja langsung ketawa sambil bilang “Welcome to Cambodia”. Saya balik tersenyum.
Perjalanan berlanjut setelah insiden toilet darurat itu. Saya tertidur lagi dan baru tiba di Pnom Penh setelah lewat tengah malam. Sedang ngantuk-ngantuknya kami ditransfer ke bus lain yang lebih kecil tujuan Ho Chi Minh. Sisa perjalanan berjalan dengan lancar kecuali saya harus tahan pipis selama 10 jam. Akhirnya saya bisa pipis di kantor imigrasi perbatasan Kamboja-Vietnam. Arrrgh leganya!

2.       Ho Chi Minh – Mui Ne (PP)

Perjalanan kedua dan ketiga saya naik sleeping bus adalah dari Ho Chi Minh ke Mui Ne. Saya booking online dari operator tur terkenal yaitu The Sinh Tourist. Saya tahu dari baca review bahwa mereka punya armada sleeping bus yang bagus.

Pagi-pagi sekali saya sudah nongkrong dikantor The Sinh nungguin bus datang. Saya senang sekali karena sleeping bus punya The Sinh ini sesuai ekspektasi. Bus lebih besar dan hanya ada 3 kolom kursi yang masing-masing dipisahkan oleh gang. Saya merasa lebih leluasa dan punya privasi karena tempat duduknya sendiri-sendiri.

Oia satu lagi yang terpenting adalah sleeping bus ini punya toilet sehingga ga harus nahan nahan pipis lagi. Walaupun sleeping bus The Sinh ini bagus namun saya kecewa terhadap pelayanan karyawan yang jutek jutek banget. Saya tanya informasi jadwal malah dijawab dengan ketus suruh liat sendiri di brosur. Duh mbak lagi PMS yaa! Belum lagi bahasa Inggris mereka yang kurang lancar bikin bingung.

Jarak Ho Chi Minh ke Mui Ne sebenarnya tidak jauh yaitu hanya sekitar 180 KM tapi dibutuhkan waktu 5 jam untuk mencapainya! Sleeping bus ini jalannya lambat banget kayak keong yang semakin membuat kita nyaman dan ngantuk. Lambatnya kendaraan di Vietnam ini karena ada peraturan batas maksimal kecepatan hanya 40 KM/jam walaupun jalanan relatif kosong.

Saya pribadi sih menikmati keseloan sleeping bus ini yang melaju lebih lambat daripada kalau saya naik motor. Beberapa kali bus berhenti di tempat peristirahatan untuk ke toilet walaupun udah ada toilet dalam dan mengisi perut. Haduh haduh udah jalannya lambat masih ada berhentinya pula! Ini adalah keseloan level dewa.

Perjalanan pergi pulang ke Mui Ne relatif lancar dan tidak ada insiden yang berarti. Saya kebanyakan tidur atau baca buku. Hebatnya saya biasanya pusing kalau baca buku diatas kendaraan yang berjalan tapi tidak berlaku dalam sleeping bus ini mungkin karena jalannya yang lambat jadi minim goncangan. Kalau begini saya jadi ketagihan naik sleeping bus.

After all I can say that sleeping bus is worth to try! But do not forget to bring one thing before you ride it. Bring you PATIENCE and enjoy the slowliness J
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...