Sleeping Bus The Sinh Tourist |
Alasan kenapa saya ngotot melakukan perjalanan Indochina
lewat jalur darat adalah pengen nyobain naik sleeping bus. Keinginan muncul setelah membaca beberapa blog yang
masukin aktivitas ini dalam daftar aktivitas yang patut dicoba saat traveling
Indochina. Saya jadi penasaran dan akhirnya kesampean nyobain naik sleeping bus sampai 3 kali.
Angkutan sleeping bus ini
banyak beroperasi di negara Vietnam dan dari Kamboja yang akan masuk Vietnam.
Ukuran sleeping bus ini sebenarnya
sama seperti bus biasa saja, tidak lebih tinggi atau besar. Perbedaan ada pada
bentuk kursi yang tidak bersudut 90 derajat melainkan membentuk sudut hampir
180 derajat. Ada dua tingkat kursi yaitu atas dan bawah.
Ilustrasinya adalah mirip bunk-bed hostel namun bedanya yang disusun ini kursi dan ada
didalam bus. Kalau mau naik ke kursi atas ya harus manjat dan penumpang yang
ada dibawah harus rela dikasih pemandangan kaki. Aturan di sleeping bus kita nggak boleh pakai alas kaki jadi waktu pertama
masuk udah dikasih kresek buat tempat
alas kaki kayak mau masuk masjid aja!
Saya dapat banyak pengalaman seru ketika 3 kali naik sleeping bus di daratan Indochina
1. Siem Reap – Pnom Penh – Ho Chi Minh
Awalnya saya berencana naik sleeping bus dari operator yang cukup
populer bernama Giant Ibis ke Pnom Penh lalu di sambung operator Khai Nam dari
Pnom Penh ke Ho Chi Minh. Sialnya saya kehabisan tiket Giant Ibis dan terpaksa
cari alternatif lain.
Setelah kebingungan dan cari informasi dari
staff hostel maka saya dapat rekomendasi naik bus Virak Buntham. Saya beli
tiket terusan Siem Reap – Ho Chi Minh seharga kurang lebih 20 dollar. Saya lupa
harga pastinya namun harga berbeda tergantung waktu keberangkatan. Saya beli di
travel agent dekat hostel dan mereka
bilang saya akan dijemput langsung ke hostel.
Sore hari saya sudah mejeng depan hostel
ketika ada Tuk-Tuk berhenti dan teriak-teriak “VIRAK BUNTHAM! VIRAK BUNTHAM!” Lah saya pikir langsung dijemput
pakai bus ternyata harus naik Tuk-Tuk lagi. Saya pun sukses oleng kekanan dan
kiri karena supir Tuk-Tuk ngebut maksimal dijalan yang nggak ada mulus-mulusnya.
Bus Virak Buntham ini lumayan bagus. Ada 4
kolom kursi yaitu dua dikanan dan dua dikiri yang dipisahkan oleh gang senggol
saking kecilnya. Kursinya berlapis kulit cokelat yang terlihat vintage. Saya mendapat tempat duduk
dibagian atas. HORE!!
Selain turis ternyata banyak juga orang
lokal yang ikutan naik ke bus. Darimana saya tahu mereka orang lokal? Pertama
karena mukanya, kedua karena mereka bisa ngobrol sama kondektur yang
nunjuk-nunjukin posisi tempat duduk.
Sepanjang perjalanan Siem Reap – Pnom Penh
saya habiskan dengan tidur. Namun tiba-tiba saya terbangun ketika bus berhenti
dan serombongan orang turun dari bus. Si kondektur teriak “TOILET! TOILET!
TOILET!” Oh ternyata cuma berhenti di pom bensin pikir saya. Saya pun balik
badan menghadap kaca untuk melanjutkan tidur ketika melihat pemandangan yang
membuat mata terbuka lebar saking kagetnya.
Belasan penumpang lagi buang air dengan
asiknya di alam terbuka tak jauh dari sisi bus. Ternyata bus tidak sedang
berhenti di pom bensin melainkan ada di tengah jalan sepi yang sejauh mata
memandang hanya semak semak dan lahan tandus. Kok mereka nggak malu yaa
ditonton bule-bule yang sama melongonya seperti saya.
Saya balik badan membelakangi kaca dan
teman disebelah saya, orang Jepang yang sudah sebulan traveling di Kamboja
langsung ketawa sambil bilang “Welcome to Cambodia”. Saya balik tersenyum.
Perjalanan berlanjut setelah insiden toilet
darurat itu. Saya tertidur lagi dan baru tiba di Pnom Penh setelah lewat tengah
malam. Sedang ngantuk-ngantuknya kami ditransfer ke bus lain yang lebih kecil
tujuan Ho Chi Minh. Sisa perjalanan berjalan dengan lancar kecuali saya harus
tahan pipis selama 10 jam. Akhirnya saya bisa pipis di kantor imigrasi
perbatasan Kamboja-Vietnam. Arrrgh leganya!
2.
Ho
Chi Minh – Mui Ne (PP)
Perjalanan kedua
dan ketiga saya naik sleeping bus adalah
dari Ho Chi Minh ke Mui Ne. Saya booking online dari operator tur terkenal
yaitu The Sinh Tourist. Saya tahu dari baca review
bahwa mereka punya armada sleeping
bus yang bagus.
Pagi-pagi sekali
saya sudah nongkrong dikantor The Sinh nungguin bus datang. Saya senang sekali
karena sleeping bus punya The Sinh
ini sesuai ekspektasi. Bus lebih besar dan hanya ada 3 kolom kursi yang
masing-masing dipisahkan oleh gang. Saya merasa lebih leluasa dan punya privasi
karena tempat duduknya sendiri-sendiri.
Oia satu lagi yang
terpenting adalah sleeping bus ini
punya toilet sehingga ga harus nahan nahan pipis lagi. Walaupun sleeping bus The Sinh ini bagus namun
saya kecewa terhadap pelayanan karyawan yang jutek jutek banget. Saya tanya
informasi jadwal malah dijawab dengan ketus suruh liat sendiri di brosur. Duh
mbak lagi PMS yaa! Belum lagi bahasa Inggris mereka yang kurang lancar bikin
bingung.
Jarak Ho Chi Minh
ke Mui Ne sebenarnya tidak jauh yaitu hanya sekitar 180 KM tapi dibutuhkan
waktu 5 jam untuk mencapainya! Sleeping
bus ini jalannya lambat banget kayak keong yang semakin membuat kita nyaman
dan ngantuk. Lambatnya kendaraan di Vietnam ini karena ada peraturan batas
maksimal kecepatan hanya 40 KM/jam walaupun jalanan relatif kosong.
Saya pribadi sih
menikmati keseloan sleeping bus ini
yang melaju lebih lambat daripada kalau saya naik motor. Beberapa kali bus
berhenti di tempat peristirahatan untuk ke toilet walaupun udah ada toilet dalam
dan mengisi perut. Haduh haduh udah jalannya lambat masih ada berhentinya pula!
Ini adalah keseloan level dewa.
Perjalanan pergi
pulang ke Mui Ne relatif lancar dan tidak ada insiden yang berarti. Saya
kebanyakan tidur atau baca buku. Hebatnya saya biasanya pusing kalau baca buku
diatas kendaraan yang berjalan tapi tidak berlaku dalam sleeping bus ini mungkin karena jalannya yang lambat jadi minim
goncangan. Kalau begini saya jadi ketagihan naik sleeping bus.
After all I can say that sleeping bus is worth to try! But do not
forget to bring one thing before you ride it. Bring you PATIENCE and enjoy the
slowliness J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar